Skip to main content

Drana Sama


Ingatkan aku ketika kekecewaan benar-benar mengurungku saat ini, waktu terus menunjukan arah maju tanpa mundur sedikitpun, aku terlalu hanyut menuju harapanku tanpa ragu sedikitpun, angan demi angan menemani setiap waktu yang telah berjalan, aku terlalu asik dengan semua itu sehingga lupa bahwa duniamu ini milikmu, aku terlalu berharap pada duniamu bukan padamu, apa aku terlalu ceroboh meninggikan duniamu tanpa seizinmu..
Beri tahu aku ketika rasa sombong ini mulai merangkak, hentikan jika memang harus kau hentikan, terkadang lepas kontrol itu lebih menyakitkan menghempaskan semuanya seakan menang sendiri terlewat batas. Aku berbicara pada diri sendiri dan juga kepadamu siapa aku? Salah siapa ini? Seakan kehilangan arah.
Yakinkan, pastikan bahwa rencanamu lebih lebih lebih dari yang ku kira, tegaskan, hentakkan bahwa aku kuat menunggu bianglalamu, menunggu cakrawalamu, menunggu ilalang nan indah yang memang kau janjikan, I LOVE YOU GOD.

Comments

Popular posts from this blog

Metamorfosa

Jepara, 13/09/2018. Mata berkaca-kaca di barengi dengan otak terbelangah, iya saya tau dunia sangatlah luas, terdapat banyak pengetahuan yang sebenarnya sangat begitu penting ketika masuk dalam pikiran kita, siang berganti malam tetaplah sama dengan hari-hari sebelumnya, pakta konspirasi tetaplah ada, apa yang kita tanamkan di masa lalu akan tetaplah tumbuh di masa sekarang dan di masa yang akan datang, begitulah cara kerja semesta. Kemarin malam saya di sadarkan kembali oleh salah satu pemuda dari daerah kecil tepatnya Indonesia bagian tengah yang menurut saya mindsetnya beberapa mil di depan dari mindset masyarakat kota pada umumnya. Beliau idealis, mantan aktivis (mungkin masih) dan juga pandai berargumen namun menusuk ketika auranya muncul. Sebelumnya saya pernah di hadapkan situasi sama beberapa tahun yang lalu, terdapat salah satu teman kampus yang notabenenya dari masyarakat terpencil dari daerah timur, namun jangan salah ketika berbicara soal IQ dan semangatnya, saya bera

Retas Diri

Kali ini gelombang laut tak begitu segan menampak, sang surya begitu malu merupakan kirana, tak bosan ku menatap lautan lapang nan indah, alunan deburan ombak membawaku menuju prasangka. Sebelumnya aku enggan berpikir menuju masa itu, aku hanya terfokus menuju visi yang ku susun, tak ku sangka bahwa nurani ini terbebani lusinan hina, setiap langkah terasa gundah, terasa hambar. Apakah ini sudah waktunya? S ekian lama aku acuh pada perasaan, a ku sangat berhati-hati untuk melangkah, a ku tak mau terulang pada hal yang sama Yaa semacam trauma, empat tahun telah terlampaui, n amun pasca tragedi itu, a ku seperti kegirangan menuju puncak impianku. Hari ini aku terenung akan kembali pada jiwaku yg dulu, aku seperti kerasukan jiwa yg berlalu, aku pasrah menghadap ilahi, mengharap jalan kebenaran.

Titik Koordinat

16/05/21 Hari ini hari minggu, tanggal merah begitu tak mencerminkan hari libur untuk si penantang arah, hari ini 16 Mei 2021 menjadi penentu untuk menjelajah lebih jauh, pelik memang... pertanda jelas sejelas jelasnya sudah membuka sang mata untuk meneruskan ke pikiran menjadi bijaksana, air akan selalu mengalir jika di tempat semestinya, tak peduli mereka keruh ataupun jernih yang pasti mereka akan mengikuti irama yang sudah terbentuk alami, sadar atau tidak mereka akan menjadi satu murni seperti terdapat ikatan simultan. Sajak terdahulu memang tertulis jelas "AIR ADALAH SUMBER KEHIDUPAN", Yes of course sumber kehidupan bagi hajat hidup orang banyak, penafsirannya tak sebatas kebutuhan primer saja, jauh lebih dalam kita bisa belajar melakukan pengamatan sifat dan perlakuannya, dari hulu sampai hilir mereka tetap terikat tanpa ada perpecahan. Dalam kehidupan bisa di simulasikan pada rekam jejak waktu, perjalanan waktu dari yang terumit sampai termudah sekalipun tetap terkora